Minggu, 28 Maret 2010
Fiesta Story Chapter IV: Pengkhianatan Epith
Para dewa mulai memikirkan cara. Mereka mengawasi Epith dengan cermat selama beberapa waktu. Mereka menganggap dia iri terhadap kakaknya. Walaupun peran dia begitu kuat berpengaruh dalam keberhasilan pasukan Peri, ia tidak pernah percaya bahwa dia akan mendapatkan rasa hormat yang selayaknya. Dia merasa dia akan hidup di bawah bayang-bayang kakaknya Elderine.
Lalu kemarahan dan cemburu yang ia tunjukan mulai menodai pikirannya sendiri. `Itu adalah sihir ku yang telah menyelamatkan mereka begitu banyak berkali-kali sebelumnya! Kenapa mereka begitu memuja kakak` Epith pun mulai terpengaruh hasutan-hasutan para dewa. Setiap malam, selama sepuluh malam, para dewa datang ke Epith. Pagel menggoda dengan kekayaan dan keunggulan yang bisa menjadi miliknya jika ia berhianat.
Apoline merayunya dengan janji-janji kekuasaan apa pun yang ingin ia peroleh dan apapun keinginan dia akan terpenuhi jika ia bergabung dengan para dewa. Mereka membuat Epith berambisi dan nafsu kekuasaan tumbuh seratus kali lipat dalam diri Epith. Segera Epith mulai bergerak di antara murid-muridnya. Mengajak orang-orang yang merasakan hal yang sama seperti dia, mereka perlahan-lahan berkumpul di sekitar dirinya bersama beberapa penyihir yang setia mengikuti.
Akhirnya waktu untuk menyerang datang; Apoline pergi ke Epith sendirian saat yang lain tertidur. Dia mengatakan agar serangan berhasil, Epith harus memusnahkan orang-orang Majus juga, atau paling tidak tertahan cukup lama oleh para pengikutnya untuk membuat ia bisa bergerak. Lalu Apoline mengecap mantra kedalam pikiran Epith, sebagai strip Pelindung dan kekuasaan untuk sementara waktu. Apoline berjanji kepadanya bahwa jika ia berhasil, itu akan menjadi miliknya selamanya. Ini adalah cara terakhir membujuk Epith yang diperlukan untuk mengkhianati kakaknya dan rakyatnya.
Epith memberi sinyal kepada para pengikutnya ketika ia pindah ke salah satu kota yang gerbang nya kurang dijaga. Ketika dia mendekat dia melihat hanya Banen mendekat dengan sepasukan kecil. Semua anggota pasukan itu pengikut Epith. Jelas, rencana itu sempurna.
Banen segera menyadari bahwa ini adalah penyergapan, Epith mendekat untuk menyambut Banen. Dia menciptakan cahaya terang dan melihat langsung raut tenang Banen yang telah siap. Sebelum Epith bisa mengetahui apa yang membuat Banen bereaksi demikian. Apakah pengikut Epith tidak bereaksi secepat seperti yang ia lakukan, tentunya ini akan memberi pertanda buruk untuk rencananya. Lalu para pengikut Epith meluncurkan tembakan mantra-mantra kearah Banen. Sementara mantra mereka tidak lebih dari colekan bagi Banen dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Namun itu sudah cukup bagi Epith untuk memulai mantra kutukannya. Sihir Epith selesai tepat sebelum Banen bisa pulih untuk bergerak.
(bersambung)
Sumber: http://fiesta.outspark.com/guides/story
Oleh: Muhammad Jundi Robbani
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar