Tampilkan postingan dengan label epith. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label epith. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Maret 2010

Fiesta Story Chapter V: Malaikat Dan Setan



Selama masa penyerangan pada Elderine, Teva menciptakan Guardian Majus untuk melindungi penduduk Isya. Meskipun yakin dengan kekuatan Guardian Majus-nya ia khawatir tentang kekuatan Legel yang merusak tanah dan menghancurkan semua yang ia lindungi. Untuk menjamin keselamatan dirinya, Guardian Majus, dan seluruh Isya. Teva menggunakan kekuatannya untuk menciptakan makhluk suci guna mengawasi Isya dan melaporkan kepadanya kabar orang-orangnya. Malaikat, begitu ia memanggil mereka, mereka memiliki kekuasaan tertinggi untuk melindungi Isya. Secara gaib, mereka dapat berpindah tempat ke tanah Isya dan bertugas sebagai pengamat untuk Teva.

Sementara itu Nik, Dewa Kegelapan, tetap bersembunyi di dalam kegelapan. Dia melihat rahasia Teva membuat malaikat pengamat dan memutuskan untuk membuat makhluk ini berkhianat. Selama berbulan-bulan Nik melihat dan mempelajari mereka, mengintip ke dalam jiwa mereka dan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Nik sudah siap untuk menanam benih-benih kegelapan dihati para malaikat pengamat yang akan memulai perang rahasia.

Fionna dan Maeryn, menjadi yang paling waspada, berdiri di antara para Malaikat Teva. Teva melihat gairah dan perhatian mereka, dan memberi mereka tugas yang paling penting. Mereka diperintahkan untuk mengamati dua saudara Guardian Majus dari bangsa peri. Selama misi ini Fionna dan Maeryn melihat penghancuran Banen oleh Epith. Mereka terkejut, mengapa masih ada kegelapan pada jiwa-jiwa suci dari makhluk yang diciptakan Teva untuk mengawasi dan melindungi.

Sedih dengan keadaan ini, mereka kembali ke Teva untuk memberitahukan padanya situasi di Isya. Fionna mengatakan bahwa Banen dihancurkan, dan sebagai gantinya. Dari hari ini Fionna akan bersumpah untuk mengawasi dan melindungi mereka dan seluruh Isya. Namun Maeryn tidak memiliki perasaan yang sama. Dia bertanya pada Teva, "Mengapa kita melindungi makhluk-makhluk itu yang mampu membuat kehancuran? Kita harus menghancurkan orang-orang dengan kejahatan dalam jiwa mereka dan hanya melindungi orang-orang yang baik."

Para angel terkejut dengan reaksi, Teva dengan cepat menegur dia atas pernyataannya dan menyuruhnya untuk mengamati hewan kecil, slimes Di Isya sebagai hukuman. Marah dan pahit, Maeryn pergi. Sendirian di pos, Maeryn berusaha keras untuk menyingkirkan pikiran dari kejadian yang baru saja terjadi. Dia hanya ingin membuktikan bahwa dirinya layak menerima berkat Teva dan menjadi bagian penting dari rencananya. Semakin ia berusaha melupakan, makin dalam ia jatuh ke dalam pikirannya.



Tiba-tiba ia berteriak, "Mereka harus dihancurkan!" Dia terkejut oleh ledakan emosi nya. Ia mulai menangis. "Berhentilah menangis," ia segera berkata pada dirinya sendiri. "Kita tidak layak. Kita adalah Malaikat." Tiba-tiba terdengar suara "Ya," jawab suara dari bayang-bayang. Maeryn memutar tubuhnya untuk menghadapi tamunya, siap untuk membela diri. Tapi itu adalah Nik, dan dalam kegelapan ia menebarkan jaring kebohongan dan menyelimuti pikiran Maeryn dan merusak dirinya dari dalam. Dipenuhi dengan kejahatan, Maeryn mulai menyebarkan ide-idenya, memusnahkan Teva's Angels. Saat itu para malaikat pengikut Maeryn sedang berkumpul di tepi Isya, di mana seorang pria dari Roumen telah meringkuk di kaki Maeryn.

"Aku menangkap orang ini mencuri roti." Ia berseru. "Dia akan berfungsi sebagai pengingat bahwa semua kejahatan harus dihukum!" Di tengah-tengah pasukan malaikat, Maeryn maju dan dengan kekuatannya dia membunuh manusia itu. Ketika kuku mulai menembus kulit dan darah menyembur dari tubuhnya, Maeryn dan orang-orang di sekitarnya mulai berubah. Sayap mereka menjadi hitam dan ujung nya berubah menjadi merah darah. Mereka tumbuh tanduk dan ekor. Seperti boneka, Nik berbisik ke telinga Maeryn dan dari mulutnya ia berbisik kata-kata .... Perang!

Di atas perintah Teva, Fionna melahirkan Malaikat untuk menghadapi musuh-musuh baru mereka. Kedua belah pihak bertempur. Pertempuran besar di langit untuk mencegah kematian penduduk Isya lagi. Perang sengit dilancarkan selama berhari-hari, kakak membunuh adik, sampai Teva tidak bisa lagi menahan pertumpahan darah. Dalam satu kali kejadian, Teva memusnahkan seluruh Angels dan Demons dengan harapan bahwa apa yang baru saja terjadi tidak akan pernah terjadi lagi. Satu-satu bulu malaikat jatuh dari langit ke tanah Isya, dan sementara ia menarik sluruh kuasa dan kekuatan dari makhluk-makhluk suci yang ia ciptakan. Pikiran yang mengerikan tentang pertempuran
surgawi tidak pernah meninggalkan pikirannya.

Sumber: http://fiesta.outspark.com/guides/story


Oleh: Muhammad Jundi Robbani

Senin, 29 Maret 2010

Fiesta Story Chapter IV: Pengkhianatan Epith - Habis

Sihir itu melelahkan, bahkan untuk salah satu Mage berbakat seperti Epith. Efek pada Banen cukup sukses, bahkan fatal. Sebagai mantra, sihir itu membungkus tubuh dan semua di sekitar Banen. Tampaknya mantra itu mengempis tubuh Banen, lalu membuatnya terhuyung dikelilingi sesuatu yang fana. Banen mulai melemah dibawah kekuasaan mantra Epith. Pengikut Epith segera bersatu untuk mengendalikan Banen. Banen segera bangkit, lalu dua diantara pengikut Epith tewas seketika sebelum mereka tahu apa yang telah memukul mereka. tetapi daya tahan Banen telah berkurang dan rentan oleh mantra yang Epith tebarkan.

Teva telah sangat berhati-hati dalam memilih Guardian yang akan menjaga kekuasaannya. Setiap Guardian Majus ini terampil dalam pertempuran sebelum mereka masuk melayani Teva, dan masing-masing tahu bagaimana menggunakan keterampilan yang mereka miliki dengan baik.

Lalu Epith dan sisa pengikutnya segera meluncurkan serangan magis terhadap Banen. Kali ini pukulan-pukulan Banen menghantam rumah-rumah disekitar. Dengan dihapusnya berkat Teva dari diri Banen oleh sihir Epith, Banen telah menjadi rentan terhadap serangan fana. Lalu, bush! serangan itu menghancurkan segala sesuatu disekitarnya. Sementara Banen mulai roboh, ia dikalahkan - dan semua yang melihat tahu itu.



Epith mendekat, menikmati kemenangan ini. Ia akan menjadi orang pertama dengan kekuatan fana yang dapat membunuh salah satu Teva's "ultimate". Epith memulai casting mantra yang akan mengakhiri hidup Banen. Namun Banen memiliki cara terakhir. Dia bergerak untuk perlahan. Banen memulai casting mantra nya sendiri, ketegangan meningkat menjadi dua sudut berupaya untuk menyelesaikan casting mantra nya terlebih dulu. Mereka menyelesaikan casting mantra secara bersamaan lalu melepaskannya.

Seperti mantra Epith. Mantra Banen merobek daya tahan Epith berkeping-keping, Mantra Banen memukul Epith seperti palu. Mantra itu mengambil semua kekuatan spiritual Epith's, sumber kemampuannya untuk mengakses ilmu sihir, dan mencabut dengan keras keluar dari tubuhnya. Setiap saraf di tubuh Epith menggeliat dan gosong seolah-olah ia sedang terbakar oleh jarum panas melepuh. Mantra itu meninggalkan tubuh Epith terkulai dan pikirannya kosong.

Tapi Banen telah gagal, Epith masih hidup. Ketika kabut di sekitar pikirannya mulai mengangkat, Epith membuka mata dan melihat bahwa satu-satunya yang tersisa dari Banen adalah sepotong Soul Stone Bijou yang telah diletakkan di dalam tubuhnya.

Epith juga melihat bahwa pengikut yang tersisa dari penyergapan itu memandangnya dengan aneh. Saat itulah ia melihat efek dari mantra Banen. Kulit Epith sudah berubah warna. Dari cerah, berubah ke rona ungu gelap. Tanda-tanda fisik dalam diri Epith mulai berubah ke arah kegelapan. 

Sejenak, Epith mempertimbangkan tampilan baru aneh ini. Akhirnya ia mengambil Bijou's fragmen sebagai Hasil dari mengalahkan Banen dan memerintahkan para pengikutnya untuk membuka gerbang. Sudah waktunya, Epith bertekad untuk melanjutkan misi, tak peduli resiko!

Sumber: http://fiesta.outspark.com/guides/story


Oleh: Muhammad Jundi Robbani

Minggu, 28 Maret 2010

Fiesta Story Chapter IV: Pengkhianatan Epith



Para dewa mulai memikirkan cara. Mereka mengawasi Epith dengan cermat selama beberapa waktu. Mereka menganggap dia iri terhadap kakaknya. Walaupun peran dia begitu kuat berpengaruh dalam keberhasilan pasukan Peri, ia tidak pernah percaya bahwa dia akan mendapatkan rasa hormat yang selayaknya. Dia merasa dia akan hidup di bawah bayang-bayang kakaknya Elderine.

Lalu kemarahan dan cemburu yang ia tunjukan mulai menodai pikirannya sendiri. `Itu adalah sihir ku yang telah menyelamatkan mereka begitu banyak berkali-kali sebelumnya! Kenapa mereka begitu memuja kakak` Epith pun mulai terpengaruh hasutan-hasutan para dewa. Setiap malam, selama sepuluh malam, para dewa datang ke Epith. Pagel menggoda dengan kekayaan dan keunggulan yang bisa menjadi miliknya jika ia berhianat.

Apoline merayunya dengan janji-janji kekuasaan apa pun yang ingin ia peroleh dan apapun keinginan dia akan terpenuhi jika ia bergabung dengan para dewa. Mereka membuat Epith berambisi dan nafsu kekuasaan tumbuh seratus kali lipat dalam diri Epith. Segera Epith mulai bergerak di antara murid-muridnya. Mengajak orang-orang yang merasakan hal yang sama seperti dia, mereka perlahan-lahan berkumpul di sekitar dirinya bersama beberapa penyihir yang setia mengikuti.

Akhirnya waktu untuk menyerang datang; Apoline pergi ke Epith sendirian saat yang lain tertidur. Dia mengatakan agar serangan berhasil, Epith harus memusnahkan orang-orang Majus juga, atau paling tidak tertahan cukup lama oleh para pengikutnya untuk membuat ia bisa bergerak. Lalu Apoline mengecap mantra kedalam pikiran Epith, sebagai strip Pelindung dan kekuasaan untuk sementara waktu. Apoline berjanji kepadanya bahwa jika ia berhasil, itu akan menjadi miliknya selamanya. Ini adalah cara terakhir membujuk Epith yang diperlukan untuk mengkhianati kakaknya dan rakyatnya.

Epith memberi sinyal kepada para pengikutnya ketika ia pindah ke salah satu kota yang gerbang nya kurang dijaga. Ketika dia mendekat dia melihat hanya Banen mendekat dengan sepasukan kecil. Semua anggota pasukan itu pengikut Epith. Jelas, rencana itu sempurna.

Banen segera menyadari bahwa ini adalah penyergapan, Epith mendekat untuk menyambut Banen. Dia menciptakan cahaya terang dan melihat langsung raut tenang Banen yang telah siap. Sebelum Epith bisa mengetahui apa yang membuat Banen bereaksi demikian. Apakah pengikut Epith tidak bereaksi secepat seperti yang ia lakukan, tentunya ini akan memberi pertanda buruk untuk rencananya. Lalu para pengikut Epith meluncurkan tembakan mantra-mantra kearah Banen. Sementara mantra mereka tidak lebih dari colekan bagi Banen dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Namun itu sudah cukup bagi Epith untuk memulai mantra kutukannya. Sihir Epith selesai tepat sebelum Banen bisa pulih untuk bergerak.

(bersambung)

Sumber: http://fiesta.outspark.com/guides/story


Oleh: Muhammad Jundi Robbani

Sabtu, 27 Maret 2010

Fiesta Story Chapter III: Pembuatan Guardian Orang Majus (GM) - Habis



Saat itu para Peri tengah berdoa memegang dinding selama beberapa hari dan malam. Mereka mengalami gelombang serangan monster tak berujung dari kutukan yang dilemparkan ke dunia peri oleh para dewa. Pada saat para Penjaga tiba, monster baru saja melanggar pertahanan Peri, dan pertempuran itu segera berubah menjadi kekalahan. Ketika para Penjaga muncul, bahkan tidak memperlambat kelajuan monster-monster itu. Tetapi ketika semua penjaga putus asa. Dan monster semakin mengancam mereka bisa melihat ada dua orang sedang berjalan kearah mereka, yaitu Guardian Majus. Para monster rakasa terdorong ke belakang keluar perbatasan peri.

Semua terlihat seolah-olah gerombolan monster itu hanya maju memukul dinding. Bagian depan garis musuh itu dengan cepat ditekan dengan cahaya silau, lalu para monster itu hancur berantakan. Sebelum tentara tahu apa yang terjadi Guardian Majus itu maju ke tengah-tengah para monster dan menyerang mereka dengan senjata dan ledakan-ledakan kertas mantra. Ketika monster mencoba mengepung Guardian mengambil jarak dari mereka, lalu mereka menghilang dan muncul kembali di tengah-tengah mereka. Tidak dari kuku, cakar, atau taring tampak mampu mengenai para Guardian itu. Kekacauan dan kebingungan yang disebabkan oleh para Guardian itu berdampak buruk ke monster. Lebih parah daripada jumlah mereka. Para monster sadar mereka telah dibantai.

Efek pada Peri bahkan lebih besar. Melihat sebagai bantuan telah tiba, para Peri memukul balik dengan keras. Mereka memukul musuh sampai garis belakang, merebut kesempatan untuk mematahkan ancaman baru ini. Apa yang hampir menghancurkan mereka, kini berbalik menyemangati mereka. Setelah pertempuran, orang Majus Guardian menutup kerusakan di dinding perbatasan peri, dan mulai bergerak menolong ke arah bangsa peri yang terluka dan mati. Mereka memberi kesembuhan dan berkat kepada semua orang yang berjuang. Penjaga mendekati kedua orang majusi itu lalu mereka memperkenalkan diri sebagai Banen dan Sayel. Mereka memberitahu bahwa mereka telah dikirim oleh Teva untuk membantu Peri di waktu gelap ini.

Sementara para Dewa telah mencapai batas kemarahan nya. Para Peri telah membuktikan dirinya menjadi musuh yang tangguh dan membuat Dewa frustasi sendiri. Elderine dan kakaknya terbukti merupakan anugrah keselamatan dari bangsa peri dengan keterampilan daan seni sihir nya. Namun, para dewa telah berambisi memusnahkan peri. Mereka berusaha untuk mendapatkan sejumlah besar Soul Stone. Sekarang mereka telah digagalkan oleh hamba Teva. Guardian Majus ini, yang telah muncul dan menghancurkan pasukan mereka di ambang kemenangan.

Markis dan Nik menyerang ke segala arah hutan yang luas pun hancur, sungai berubah menjadi abu. Bahkan tidak luput pasukan dewa-dewa mereka sendiri. Para dewa itu 'murka. Apoline dan juga Pagel mengamuk, tetapi dalam cara yang lebih membahayakan. Mereka tidak menyerang, mereka merencanakan dan bersekongkol. Sementara itu, Anis yang telah menjadi terlatih baik dalam seni tempur dan perang selama pertempuran, sekarang mengambil komando sebagai jenderal tentara monster.

Setelah mereka mengamuk, para dewa berkumpul bersama-sama untuk merenungkan situasi mereka. Dengan penampilan prajurit aneh ini mereka harus mengubah strategi mereka. Sebuah serangan frontal terlalu berbahaya. Mereka memiliki Guardian Majus yang memimpin pasukan dari Elf. Dan itu pasti akan mengakibatkan dampak fatal bagi pasukan mereka. Dewa mengerti mereka tidak bisa mengambil risiko melepaskan kekuatan penuh mereka, walaupun mungkin dapat menghancurkan Soul Stones seperti yang mereka didambakan. Jadi para dewa memilih untuk mempekerjakan tenaga paling mematikan: licik. Apoline dan Pagel yang ahli menghasut dan mereka sudah tahu sasaran yang sempurna bagi mereka. Seeorang yang "lembut" penuh perhatian - adik Elderine, Epith.

Sumber: http://fiesta.outspark.com/guides/story


Oleh: Muhammad Jundi Robbani

Jumat, 26 Maret 2010

Fiesta Story Chapter II: Dua Saudara, dan Kematian Bijou - Habis

Sementara itu para dewa pun terus menciptakan monster-monster mengerikan. Tapi ada kendala pada biaya. Lalu para dewa menoleh ke segala sesuatu yang dapat mereka transformasikan menjadi monster, mulai dari babi hutan, kuda, pohon, bahkan benda benda mati seperti lumpur dan batu.

Sementara itu transformasi pun diciptakan dengan kuat, menjadi makhluk-makhluk cerdas. Hal itu merusak kedamaian bangsa Peri. Tentara baru, liar dan tak kenal ampun, terlahir dari tangan-tangan para dewa. Mereka merobek seluruh tanah bangsa Peri. Menabur pembantaian binatang-binatang dalam upaya untuk memusnahkan sisa-sisa Stones Soul dan menghancurkan segala sesuatu yang masuk ke dalam zona mereka.

Banyak Peri tewas pada tahap awal konflik mengerikan ini. Setelah menikmati perdamaian selama berabad-abad, satu-satunya keahlian tempur yang dimiliki mereka masih berada dalam memanah dan ilmu sihir. Mereka terlalu berfokus untuk berburu dan proyek-proyek sipil. Sementara Gerombolan makhluk mengerikan itu cepat dan beringas, hanya mendapat sedikit perlawanan dari Peri. Lalu Bangsa Peri yang berhasil bertahan lebih memilih untuk bersembunyi di hutan daripada tinggal dan berjuang.

Namun diantara bangsa peri yang porak poranda. Beberapa pejuang masih tersisa diantara peri-peri itu. Seorang Peri bernama Elderine. Dikenal karena keahliannya sebagai seorang pemanah. Lalu Elderine bergabung dengan kakaknya Epith, seorang penyihir berbakat. Kedua nya memohon kepada sisa Peri, meminta mereka untuk melindungi para peri yang tidak mampu mempertahankan diri dan melawan monster.

Pada awalnya hanya beberapa yang peduli dan menjawab panggilan, tetapi Elderine dan Epith tidak putus asa. Lalu bekerja sama dengan Epith. Elderine mengajarkan, bagaiman keterampilan berburu mereka dapat digunakan untuk membunuh mosnter. Sementara penyihir Epith mengajarkan bagaimana menggunakan mantra sebagai senjata. Kedua nya juga menunjukkan bagaimana mereka mengakali musuh dan memimpin mereka ke dalam penyerangan menggunakan keterampilan dan kecepatan.



Monster-monster itupun kewalahan menghadapi perlawanan Peri-peri kecil yang diciptakan oleh Elderine dan Epith, prajurit-prajurit mereka berhasil menumpas beberapa monster. Dengan berbuat demikian para Peri memiliki cukup waktu untuk kabur lebih jauh ke dalam hutan dan ibukota mereka. Bersama-sama mereka berhasil mengumpulkan Soul Stone dari monster yang kalah. Pada saat Elderine dan Epith Peri mundur ke ibukota, pasukan mereka berjumlah ratusan.

Kelompok juga telah mengumpulkan sejumlah besar Soul Stone dan orang-orang yang mengakui Elderine sebagai pemimpin mereka semakin banyak. Ketika Elderine pergi melalui jalan-jalan dan bertemu dengan orang-orang, ia melihat bagaimana seluruh kota itu sibuk berlatih untuk persiapan penyerangan. Sebagai tentara, mereka tahu sedang mendekati dewa yang mengerikan. Dalam hati, para Peri telah siap untuk apa yang mereka takutkan; menjadi yang terakhir berdiri.

Sumber: http://fiesta.outspark.com/guides/story


Oleh: Muhammad Jundi Robbani