4. Troya, Turki
Troya ,atau disebut juga Wilusa atau Ilion, adalah nama sebuah kota yang disebutkan dalam kisah-kisah Yunani Kuno, khususnya kisah Perang Troya yang diceritakan dalam puisi Homer. Kota ini terletak di Anatolia, di wilayah yang kini menjadi bagian dari provinsi Canakkale di Turki. Kota Troya diperkirakan telah dihuni sejak 5.000 tahun lalu, dan telah berulang kali hancur serta dibangun kembali dalam beberapa periode yang berbeda. Sekitar abad ke-4 Masehi, kota ini mulai ditinggalkan bersamaan dengan berkembangnya Konstantinopel sebagai ibukota baru Romawi Timur. Kota ini baru ditemukan kembali pada tahun 1865 dalam sebuah penggalian yang dilakukan oleh arkeolog Inggris Frank Calvert.
Meski pun letaknya saat ini jauh dari pantai, Kota Troya dahulu merupakan sebuah kota pantai yang menguasai jalur perdagangan menuju Laut Hitam. Sekitar 3.900 tahun lalu, bangsa Hittite menaklukkan Troya dan menjadikannya sebagai kota mereka. Perang Troya yang termahsyur dari puisi Homer kemungkinan terjadi sekitar 3.200 tahun lalu berdasarkan temuan sisa-sisa perang seperti mayat yang terbakar dan anak panah dari perunggu. Alexander Agung pernah mengunjungi kota ini pada tahun 334 SM dan melakukan persembahan di depan makam beberapa pahlawan Troya seperti Achilles dan Patroclus. Kaisar Augustus kembali membangun kota ini pada abad pertama Masehi dengan nama Ilium. Saat ini pemerintah setempat giat mempromosikan Troya sebagai daerah wisata dengan membangun tiruan Kuda Troya yang terkenal di dekat situs reruntuhan.
5. Great Zimbabwe, Zimbabwe
Great Zimbabwe adalah ibukota Kerajaan Zimbabwe yang pernah berjaya pada sekitar abad 12 hingga 15 Masehi. Kota ini mulai dihuni sekitar abad ke 4 Masehi sebagai wilayah pertanian dan pertambangan. Namun bangunan batu monumental yang kini mendominasi Great Zimbabwe baru mulai di bangun pada abad ke- 12 Masehi, terutama berfungsi sebagai istana kerajaan yang mengendalikan kekuasaan di seluruh wilayah Zimbabwe klasik. Reruntuhan kota ini ditemukan kembali pada tahun 1871 oleh Karl Mauch setelah menerima laporan dari seorang pemburu.
Great Zimbabwe terbagi ke dalam tiga kelompok arsitektural, yaitu kompleks bukit, kompleks lembah, serta benteng besar yang mengelilingi kota. Pada puncak kejayaannya, kota ini diperkirakan dapat dihuni oleh sekitar 18.000 orang. Great Zimbabwe kemungkinan merupakan sebuah pusat perdagangan yang menghubungkan antara daerah-daerah penghasil emas dan gading di pedalaman dengan Kota Kilwa di pesisir Afrika yang melakukan kontak dagang hingga ke Cina. Kota ini juga mengelola ternak sapi dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warganya. Beberapa artifak yang ditemukan di lokasi reruntuhan antara lain adalah ukiran burung Zimbabwe serta sejumlah barang asing seperti keramik Cina dan koin Arab. Pada era kolonial, para penjajah Eropa menolak teori bahwa Great Zimbabwe didirikan oleh orang-orang kulit hitam. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lokal yang ada terlalu primitif untuk bisa membangun kota semegah Great Zimbabwe. Namun kini, kota tersebut menjadi sumber kebanggaan dan inspirasi bagi warga Negara Zimbabwe atas kejayaan mereka di masa lalu.
6. Angkor, Kamboja
Angkor adalah ibukota Kerajaan Khmer di Kamboja yang berkuasa sekitar abad 9 sampai 15 Masehi. Kota ini ditemukan tertutup oleh hutan lebat di suatu kawasan tak jauh dari Siem Reap di Kamboja. Angkor mulai berkembang sebagai kawasan urban pada awal tahun 800-an ketika Kamboja memerdekakan diri dari Jawa. Memasuki abad ke-12, Angkor mencapai puncak arsitekturnya dengan pembangunan sejumlah monumen raksasa seperti Angkor Wat. Kota ini akhirnya mengalami kemunduran dan ditinggalkan penduduknya setelah perang berkepanjangan dengan Kerajaan Ayutthaya di wilayah barat, dan baru mulai direstorasi kembali oleh sejumlah arkeolog Perancis pada abad 19.
Dari luas wilayahnya, Angkor adalah kota terbesar di dunia sebelum revolusi industri. Sejumlah jalan dan kanal yang rumit dibangun untuk menghubungkan wilayah-wilayah perkotaan. Berkat sistem pertanian yang maju dengan irigasi yang terjamin dari danau-danau di sekitar kota, Angkor mampu menyediakan konsumsi bagi sekitar satu juta penduduknya. Bangunan batu yang ditemukan umumnya merupakan kuil-kuil Hindu dan Buddha yang didirikan untuk memuja para Raja Khmer sebagai perwujudan dewa dan boddhisattva. Sebuah laporan perjalanan yang ditulis oleh utusan Cina Zhou Daguan yang berkunjung pada tahun 1296 menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Angkor, termasuk kegiatan perdagangan, pertanian, keagamaan, serta upacara-upacara kerajaan.
7. Machu Picchu, Peru
Machu Picchu adalah sebuah kota di ketinggian yang menjadi istana bagi sejumlah Raja Inca. Letaknya terpencil di daerah pegunungan di atas Lembah Urumamba di Peru. Kota ini didirikan pada abad ke 15 Masehi, namun ditinggalkan seabad berikutnya bersamaan dengan runtuhnya peradaban Inca oleh serangan Spanyol. Masyarakat lokal di sekitar lembah umumnya mengetahui keberadaan Machu Picchu, namun kota ini baru tersiar ke dunia luar setelah dipublikasi pada tahun 1911 oleh sejarawan Amerika Hiram Bingham.
Machu Picchu terdiri dari dua wilayah, yaitu wilayah perkotaan dan wilayah pertanian. Wilayah perkotaan terbagi lagi menjadi wilayah permukiman, wilayah kerajaan, serta wilayah suci yang dipisahkan oleh sebuah lapangan besar. Sedangkan wilayah pertanian juga terbagi ke menjadi wilayah atas dan wilayah bawah, dengan stuktur lahan bertingkat di tepi jurang. Bangunan kota umumnya dibuat dari potongan batu yang disambung dengan teknik yang disebut ashlar, yaitu pemotongan dengan sudut sempurna. Teknik ini sangat tahan terhadap guncangan sehingga cocok dengan kondisi geografis Peru yang banyak mengalami gempa. Letaknya di ketinggian sesuai dengan kebudayaan Inca yang sangat memperhatikan faktor astronomis.
Oleh : Lari Pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar